
Potensi tindakan radikal di Jawa Tengah tergolong rendah yakni, 2.63 persen
Serat.id – Kearifan lokal dinilai mampu mencegah radikalisme agama lewat tradisi masyrakat yang selama ini berjalan secara matang di lingkungan sosial. “Masyarakat yang mempraktikkan tradisi memiliki imun lebih kuat terhadap virus radikalisme,” kata Wakil Ketua ISNU, Ahmad Rouf, saat berbicara di Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah, Rabu 09 Oktober 2019.
Berita terkait : Ganjar akan Keluarkan ASN Berpaham Radikal
Aktivis Deklarasikan Syarikat 98 Jawa Tengah
Dalam pembicaraan itu Rouf membongkar Desiminasi Hasil Survei Nasional dan Penelitian Eksplorasi Kearifan Lokal melalui FKPT Jawa Tengah. Ia menegaskan paham radikal bisa ditangkal salah satunya dengan melestarikan kearifan lokal.
Sedangkan peneliti Alvara Research Center, Lilik, menyampaikan potensi radikal di masyarakat harus terus ditekan meski secara kuantitatif jumlahnya kecil. “Karena dari yang kecil itu 10-20 tahun menatang bisa jadi besar jika dibiarkan begitu saja,” kata Lilik.
Menurut dia, survei dan eksplorasi kearifan lokal merupakan lanjutan dari penelitian tahun 2017 dan 2018. “Pada 2019 lebih memfokuskan pada daya tangkal kearifan lokal tutur lisan terhadap radikalisme dan terorisme,” kata Lilik menjelaskan.
Ia menjelaskan, temuan dalam penelitian menyebutkan potensi tindakan radikal di Jawa Tengah tergolong rendah yakni, 2.63 persen. Sedang pemahaman radikal dan sikap yang mengarah kepada radikalisme masing-masing 40.45 persen dan 56.13 persen.
Meskipun begitu Lilik menyatakan tidak boleh lengah membiarkan potensi yang masih kecil ini membesar tanpa usaha kontra radikal. (*).