Destinasi wisata kuliner malam itu juga menyajikan konsep kuno, mengajak penikmat menembus lorong waktu masa lampau
Serat.id – Remang cahaya dari sentir atau lampu minyak menjadikan suasana makan malam di warung Kampung Jawi menjadi romantis. Iringan lagu yang disajikan menambah suasana di destinasi kuliner malam itu semakin sahdu.
Kampung Jawi bisa menjadi pilihan destinasi wisata kuliner yang eksotis. Berada di jalan Kalialang Lama RT 02 RW 01, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Tempat wisata kuliner yang buka pukul 17.00 sampai 22.00 ini, berkonsep angkringan yang bernuansa kampung Jawa kuno nan klasik
Tak hanya itu berbagai makanan dan minuman disajikan di atas wadah yang ramah lingkungan. Di tempat itu pungunjung tidak akan menemui bungkus atau sedotan berbahan plastik.
“Konsepnya kan memang kampung jaman dulu, jadi semua yang dipakai menyerupai apa yang dipakai diwaktu dulu,” kata inisiator sekaligus koordinator Kampung Jawi, Siswanto, kepada Serat.id, akhir pekan lalu.
Baca juga : Menyambut Matahari Sambil Menikmati Kuliner Tradisional
Sensasi Ngopi di Lereng Gunung Kelir
Berbuka Puasa dengan Bubur India di Masjid Pekojan
Menikmati makan malam di lokasi itu seakan merasakan masa lalu karena pembayaran yang menggunakan uang kayu atau kepeng. Kayu berbentuk kotak tersebut bisa ditukar di sebelah kanan saat pengunjung hendak masuk, dengan nilai tukar Rp3 ribu per kepeng.
“Memang semuanya meniru zaman dulu, di mana sistem barter masih diterapkan,” ujar Siswanto menjelaskan.
Di warung itu juga punya menu khas, di antaranya Wedang kawi sebagai menu andalan. Menikmati jahe buatan warung Kampung Jawi menambah kenikmatan sambil menyantap nasi rames yang dibungkus daun jati. Tak hanya itu, pengunjung juga bisa menikmati nasi pecel serta menu lainnya yang akan menambah selera makan.
Pungunjung tidak perlu kawatir dengan harga yang dijajakan, karena harga termahal hanya Rp 10 ribu. “Di sini memang harga tidak boleh diatas Rp 10 ribu, agar pembeli bisa di warung lainya juga. Biar merata,” ujar Siswanto menambahkan.
Tempat kuliner ini pertama dibuka pada pertengahan 2018 dengan nama pasar Jaten, karena berada di bawah pohon jati. Dulu awal buka warung itu disebut pasar Jaten dan hanya buka pagi, namun kurang rame kemudian sekitar akhir 2019 berubah nama Kampung Jawi dan buka sore hingga malam. “Alkhamdullilah jadi ramai,” katanya.
Tempat ini memang benar-benar berkonsep kuno. Angkringan dari bambu dengan atap Jerami, serta lantai tanah seakan menahan pungunjung agar tetap bertahan menikmati aneka sajian seperti suasana zaman sejarah klasik. (*)