Penukaran sampah botol plastik hanya akan tersebar di empat Shelter BRT Semarang Hebat antara lain di Balaikota, Simpang Lima, Imam Bonjol dan Elisabeth.

Serat.id – Pelaksana Tugas Kepala BLU Trans Semarang, Hendrix Setiawan, mengaku siap untuk menjalankan program bernama “Naik Bus Trans Semarang dengan Botol Plastik”. Bahkan, ia juga menjamin penerapannya tak akan gagal. “Untuk pengangkutan sampah kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang,” ujar Hendrix ketika dihubungi serat.id, Rabu, 2 Juni 2021 malam tadi.
Berita terkait : Botol Plastik dan Tanaman Bisa Ditukar Tiket BRT Semarang, Ini Caranya
Kurangi Polusi Udara, Pemkot Semarang Wajibkan PNS Gunakan Transportasi Umum
Kebijakan Pemkot Semarang Agar Pegawai Gunakan Transportasi Daring Dinilai Keliru
Hendrix menyebut penukaran sampah botol plastik akan tersebar di empat Shelter BRT Semarang Hebat antara lain di Balaikota, Simpang Lima, Imam Bonjol dan Elisabeth. “Alasannya, agar pengawasan program tersebut dapat diawasi dengan maksimal. Di samping itu, ia juga menjamin BRT tetap menyediakan tiket berbayar untuk penumpang,” kata Hendrix menambahkan.
Adapun rinciannya untuk sampah satu galon air minum yang ditukarkan setara dengan dua penumpang, tiga buah botol plastik minum ukuran 1,5 liter setara dengan satu tiket setiap orang.
Kemudian, lima buah botol plastik ukuran 600 ml setara dengan satu tiket setiap orang,tujuh buah botol plastik ukuran 330 ml setara dengan satu tiket, lalu untuk sepuluh buag gelas plastik ukuran 220 ml setara dengan satu tiket. Selain itu ia mengaku petugas tak akan kewalahan sebab program ini hanya berjala satu kali dalam seminggu.
Sebagai antisipasi kepadatan penumpang, menurut Hendrix, telah menyiapkan pemadatan interval BRT pada pagi hari untuk berangkat kantor dan sore hari untuk pulang kantor. Ia menyebut sebanyak 435 armada BRT Semarang telah siap yang beredar di Kota Semarang siap untuk beroperasi. “Sampai saat ini masih kita terapkan, protokol kesehatan yang dikeluarkan Kemenhub,” katanya.
Ketua Komunitas Peduli Transportasi Semarang (KPTS), Theresia Tarigan, menyebut program mengajak naik transportasi umum cukup baik. Sayangnya, ini justru hanya membuat ribet bagi penumpang. “Kalau botolnya kurang akan menimbulkan keributan, justru gak perlu lah seperti itu,” ujar Theresia.
Ia juga berharap program tersebut tak gagal seperti di Kota Surabaya. “Bisa lebih baik lagi kalu dipikirkan diberi masukan oleh banyak orang misal dengan KPTS dan akademisi,” ujar Theresia menjelaskan. (*)
- Tentang artikel ini telah kami edit ulang pada hari jum’at 4 juni 2021 pukul 11.05, sebelumnya ada kesalahan penulisan judul ; “Naik Bus Trans Semarang dengan Botol Plastik dan tanaman hidup” serta pada paragrap awal,
- juga menjamin penerapannya tak akan gagal seperti yang pernah dijalankan Pemkot Surabaya.
- kami jelaskan Penukaran tiket BRT hanya berlaku dengan botol, sedangkan tanaman hidup tidak, karena mengacu SK yang belum diteken. Sedangkan kekhawatiran gagal penerapan seperti di Kota Surabaya disampaikan oleh publik, bukan dari pejabat yang berwenang.