
Dalam penggunaan model pembelajaran blended learning, guru wajib memiliki kemampuan menguasai teknologi.
Serat.id – Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di perpanjang lagi. Kalimat tersebut tidak asing lagi bagi insan Pendidikan di Indonesia. Setahun lebih, peserta didik terpaksa belajar daring. Hal ini tidak lepas dari kondisi pandemi di Indonesia. Sampai sekarang 1.911.358 orang di Indonesia positif Covid (data dari Kemenkes 13 Juni pukul 17.00). Dalam pengamatan penulis, sebagain besar peserta didik menyampaikan jenuh dan bosan dengan keadaan ini. Tapi mau bagaimana lagi, bersabar dan tetap mematuhi segala macam protokol kesehatan rasanya adalah pilihan yang paling tepat. Mengingat sampai sekarang, belum tampak tanda-tanda pandemi akan berakhir, bahkan Juni ini ledakan jumlah pasien covid terdengar di mana-mana.
Senin 7 Juni 2021 yang lalu, Presiden Jokowi melalui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa pembelajaran tatap muka di sekolah yang direncanakan akan dijadwalkan mulai Juli 2021 hanya boleh dilakukan dengan maksimal dua hari dalam seminggu. Bapak Presiden juga mengarahkan setiap harinya, waktu belajar maksimal hanya selama dua jam. Kelas hanya diperbolehkan maksimal 25 persen dari jumlah peserta didik.
Sebelumnya Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim juga sudah menyampaikan bahwa sekolah tatap muka akan di mulai Juli 2021. Dimana pelaksanaannya akan direncanakan secara bertahap mulai dari PAUD, SD sampai perguruan tinggi.
Melihat dari apa yang disampaikan Bapak Presiden Jokowi dan “mas” Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, rasanya memang tidak akan dilakukan pembelajaran tatap muka secara penuh yang dapat diartikan bahwa pembelajaran nantinya sebagian besar masih tetap akan daring. Jadi, Bagaimana? Peserta didik siapkah apabila dilanjutkan pembelajaran daring lagi? Guru, sudah melakukan refleksi dirikah untuk menyongsong tahun pelajaran baru dengan sistem daring lagi?
Melihat dari fenomena yang ada, sepertinya guru harus mulai menata diri agar mampu menjadi guru profesional dan tidak menjadi guru yang sesuai animo masyarakat yang katanya tidak bekerja tapi terima gaji. Guru harus bisa guru yang inovatif agar para peserta didik mau dan siap untuk belajar walau dengan kondisi yang masing belum stabil seperti ini. Guru yang inovatif adalah guru yang mampu menjadi inspirasi bagi peserta didiknya untuk belajar dan guru yang mampu membuat peserta didiknya mau berpikir kritis, kreatif dan menyelesaikan masalah. Sehingga untuk menjadi guru yang inovatif, guru harus mampu menentukan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran masa sekarang.
Baca Juga:
Mengintip Pola Pembelajaran saat Pandemi dari Negeri Paman Sam
Guru Agama Islam Semarang Setuju Proses Pembelajaran Jarak Jauh
SMK di Semarang Siap Gelar Pembelajaran Tatap Muka
Model Pembelajaran blended learning
Salah satu model pembelajaran yang efektif digunakan di masa pandemi adalah model pembelajaran blended learning. Blended Learning merupakan model pembelajaran yang memadukan antara pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka. Di mana pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka dalam model pembelajaran ini saling melengkapi. Sesi pembelajaran online dilakukan untuk membahas materi dan sesi tatap muka dilakukan untuk kegiatan pembelajaran atau mungkin sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran blended learning merupakan kombinasi antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online baik dalam cara menyampaikan materi pembelajaran, mendiskusikan materi pembelajaran sampai dengan penilaian.
Dalam penggunaan model pembelajaran blended learning, guru wajib memiliki kemampuan menguasai teknologi. Karena dengan menguasai teknologi, guru dalam penyampaian materi pembelajaran akan lebih mudah dan menyenangkan. Oleh sebab itu model pembelajaran blended learning selain mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran juga merupakan kepanjangan tangan dari guru karena memfasilitasi peserta didik untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan sehingga dapat belajar secara mandiri.
Dengan penggunaan model pembelajaran blended learning inilah, diharapkan peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang beragam dan menyenangkan. Sesuai dengan kriteria Pendidikan era abad 21 dan tuntutan era industri 4.0 dimana peserta didik diharapkan menguasai ketrampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (High Order Thinking Skill) yaitu berpikir kritis, kreatif, komunitatif, mampu berkolaborasi dan memiliki kemampuan terkait literasi teknologi.
Terdapat beberapa alasan mengapa guru perlu memilih menggunakan model pembelajaran blended learning, yaitu: pertama, fleksibel. Peserta didik dapat belajar yang dilakukan kapan saja, dimana saja. Mau belajar pagi hari, siang hari atau malam haripun, bisa dilakukan peserta didik.
Kedua, hemat dan efektif. Dengan pembelajaran blended learning, peserta didik cukup mendownload materi ajar yang di sampaikan oleh guru dan mempelajarinya secara mandiri. Ketiga, interaktif. dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik sehingga meningkatkan belajar mandiri bagi peserta didik
Namun di balik keunggukan penggunaan blended learning, terdapat pula kekurangannya yaitu: pertama, gaya belajar yang berbeda-beda pada peserta didik sehingga guru tidak dapat mengontrol peserta didik sepenuhnya, tidak seperti ketika pembelajaran dilakukan secara luring terutama saat mengerjakan tugas Karena blended learning merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta didik belajar secara mandiri, bagi peserta didik yang mempunyai daya belajar rendah akan kesulitan dengan model pembelajaran ini. Kedua, akses penggunaan teknologi yang tidak semua peserta didik akan menguasai apalagi jika perangkat yang dimiliki peserta didik tidak menunjang.
Carman (2005) menjelaskan lima kunci utama dalam proses pembelajaran blended learning dengan menerapkan teori pembelejaran Keller, Gagne, Bloom, Merril, Clark dan Gery yaitu: pertama, Live Event, pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama ataupun waktu sama tapi tempat berbeda, Kedua, self-paced learning, yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan siswa belajar kapan saja, dimana saja secara online, Ketiga, collaboration, mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi guru-siswa maupun kolaborasi antar siswa, Keempat, assessment, guru harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen online dan offline baik yang bersifat tes maupun non-tes (proyek kelas) dan Kelima, performance support materials, pastikan bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, dapat diakses oleh siswa baik secara offline maupun online (Pustekkom, 2019).
Pada akhirnya, model pembelajaran dengan tetap mengandalkan guru yang inovatif dapat menjadi salah satu pilihan guru untuk melaksanakan pembelajaran di masa pandemi ini. Selain memungkinkan peserta didik untuk dapat merdeka dalam belajar juga menjadikan tantangan bagi guru agar semakin berkembang menjadi guru yang professional sesuai tuntutan Pendidikan era Abad 21 dan tantangan era industri 4.0. Jadi bagaimana, Anda siap?

Dyah Cahyani Hartanti
Guru Kimia di SMK Negeri 2 Demak
Mari menulis untuk Serat.id. Kirimkan artikelmu ke email redaksiserat@gmail.com.