Selasa, September 2, 2025
26.9 C
Semarang

Galeri Salihara Gelar Pameran Seni Rupa Mediacape : Material, Senses and Beyond

Merespons lingkungan baru ini—realitas campuran— ketika teknologi telah meningkatkan dan memperkaya pengalaman indrawi kita terhadap dunia

Pameran Seni Rupa Mediacape: Material, Senses and Beyond. / Galeri Salihara

Serat.id – Galeri Salihara menggelar Pameran Seni Rupa bertajuk Mediacape: Material, Senses and Beyond yang berlangsung selama sebulan penuh,sejak  11 September 2021 hingga 10 Oktober mendatang. Setidaknya ada enam seniman media baru dari Indonesia, Korea Selatan, dan Inggris.

Sesuai temanya, pameran itu menyoroti multiindrawi dan interaktivitas melalui berbagai pendekatan peraga atau scape, seperti peraga raba (tactile scape), peraga rasa (scape of flavor), peraga maya (digitalscape), peraga suara (soundscape), peraga bau (scape of scent) dan peraga ingatan (memory scape), di mana khalayak dapat menjelajahi dan memaknai kemampuan indrawi mereka secara mendalam.

Kurator Seni Rupa Komunitas Salihara Asikin Hasan menyebut popularitas seni media baru dalam dekade terakhir telah memperluas kemungkinan seni dari medium visual satu-dimensi menjadi karya multi-sensori dan interaktif.

“Dalam beberapa tahun terakhir, media dan teknologi telah memberikan jalan bagi kolaborasi interdisiplin bebas batas,” kata Asikin Hasan, dalam pernyataan resmi diterima Serat.id, Senin 4 Oktober 2021.

Asikin menyebut pandemi Covid-19 telah menggeser pandangan publik terhadap dunia dan secara signifikan berimbas pada dunia seni. Dengan pertimbangan kebersihan dan keselamatan publik yang kini menjadi prioritas menuju era New Normal, pendekatan terhadap produksi, presentasi dan pameran seni perlu dievaluasi kembali.

“Meski batasan-batasan bertambah, tidak ada waktu yang lebih baik dari sekarang untuk membuat seni yang dapat diakses secara luas dan bersifat inklusif,” kata Asikin Hasan menambahkan.

Ia menyebut bantuan teknologi membuat manusia hidup di dunia berupa spektrum berkelanjutan yang bergerak dari dunia nyata menuju realitas campuran dan alam maya. Sebuah ide yang kerap diadopsi, dielaborasi, dan didemonstrasikan oleh seni media baru.

Popularisasi seni media baru dalam dekade terakhir telah memperluas kemungkinan-kemungkinan seni, dari medium visual berdimensi tunggal hingga karya-karya interaktif dan multisensori.

Pameran seni rupa Mediascape: Materials, Senses and Beyond (Mediascape: Material, Indra dan seterusnya) sebuah pameran yang berusaha menangkap dan merespons lingkungan baru dari pengalaman indrawi di masa kini, yaitu ruang realitas campuran di mana teknologi meningkatkan dan menambah pengalaman indrawi kita di dunia.

Secara lebih lanjut, peraga raba (tactile scape) terdapat pada karya Boo Ji Hyun, perupa asal Korea Selatan. Boo Ji Hyun yang ahli dalam seni cahaya interaktif, yang menggabungkan prinsip seni, sains, dan manusia mengajak khalayak mengalami periode meditatif dan ruang yang tercipta dari emisi cahaya dan kabut melalui karya-karyanya.

Sedangkan karya Elia Nurvista akan menyajikan peraga rasa (scape of flavor), di mana buah-buahan asli tidak hanya dihidangkan sebagai katalis untuk pengalaman multiindrawi, tetapi juga menghubungkan kita pada dunia virtual.

Elia Nurvista memang memiliki ketertarikan pada beragam medium seni melalui pendekatan interdisipliner yang berfokus pada diskursus makanan/kuliner. Ia pun berencana menciptakan karya berbasis kemampuan indrawi/multi-sensori.

Tromarama mengundang kita untuk menyelami peraga maya (digitalscape) yang diciptakan melalui suasana kontemplatif yang ditambahkan dengan data real-time dan suara yang diciptakan kecerdasan buatan (AI generated). Tromarama adalah sebuah kolektif berbasis di Jakarta dan Bandung dengan pengalaman internasional. Mereka mengangkat isu hiper-realitas dari dunia digital dan keterhubungan antara material dan kehidupan virtual.

Sementara seniman Korea Selatan, Park Seung Soon mengeksplorasi peraga suara (soundscape). Karyanya membuat kita lebih sadar terhadap daerah di sekeliling kita yang sudah merupakan kombinasi dari yang nyata dan yang maya. Park Seung Soon memang seorang komposer musik elektronik yang kerap menciptakan proyek media inovatif, dengan menggabungkan sejumlah tampilan dan instalasi menggunakan air, cahaya, suara, dan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat pengalaman musikal bagi musisi dan publik. Ia juga seorang peneliti seni yang berfokus pada konvergensi seni media.

Eldwin Pradipta mengajak kita merasuki alam pikiran komputer yang distimulasi oleh peraga bau (scape of scent), di mana mesin akan terpicu oleh aroma dari gas yang mudah terbakar. Eldwin Pradipta adalah seniman multimedia yang memiliki spesialisasi video proyeksi dan instalasi digital. Eldwin Pradipta tertarik dengan eksplorasi batasan-batasan antara praktik artistik tinggi dan seni lowbrow, serta terbuka untuk komisi pengembangan konten kreatif yang berhubungan dengan pengalaman media realitas berimbuh (augmented reality).

Terakhir, sebagai peraga ingatan (memory scape), karya Notes on Blindness yang berupa video virtual 360° mempersembahkan sekelumit pengalaman personal dari hilangnya penglihatan yang dialami oleh John Hull dan menuntun khalayak untuk melakukan refleksi terhadap pentingnya peran indra-indra selain mata. John Hull adalah seorang profesor yang mengumpulkan diari audio tentang pengalamannya setelah kehilangan penglihatannya pada 1983. Diari ini telah diterbitkan menjadi buku pada 1990. Setelah wafat pada 2015, diari ini diadaptasi menjadi film dokumenter pendek pada 2016, kemudian menjadi instalasi realitas virtual (VR) berjudul Notes on Blindness.

Kurator tamu di kegiatan ini, Jeong Ok Jeon, yang kini berbasis di Jakarta dan aktif terlibat di medan seni rupa kontemporer Asia Tenggara menyampaikan pandangannya terhadap karya-karya yang dipamerkan. “Meski tiap karya dalam pameran ini memiliki elemen sensori yang dominan dan unik antara satu sama lain,” kata Jeong.

Menurut dia, untuk memahami keseluruhan konteks setiap karya dengan lebih mendalam, sangat penting bagi kita untuk menyadari bahwa secara alami, beragam indra manusia saling menstimulasi dan mempengaruhi.

“Melalui pengaman multisensori yang diperkaya oleh seni media baru, pameran ini berharap akan ada kesadaran baru terhadap fungsi-fungsi indrawi yang menghubungkan kita dengan peraga media (mediascape),” Jeong menjelaskan. (*)

Hot this week

Pers Mahasiswa Ditangkap Saat Meliput Aksi di Mapolda Jateng, LBH Semarang: Polisi Sewenang-wenang

Sebanyak 40 demonstran yang ditangkap polisi di Semarang saat...

Polisi Kembali Tangkap Puluhan Demonstran di Semarang

Polisi kembali menangkap 50 orang massa aksi mendatangi Mapolda...

Jurnalis MNC Terluka Usai Meliput Aksi di Grobogan, AJI Semarang: Polda Jateng Harus Usut Tuntas Kasus Ini

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang mengecam keras aksi pembacokan...

Robig Penembak Mati Gamma Resmi Dipecat

Illustrasi sidang Robig Zainudin di Mapolda Jawa Tengah pada...

Topics

Polisi Kembali Tangkap Puluhan Demonstran di Semarang

Polisi kembali menangkap 50 orang massa aksi mendatangi Mapolda...

Jurnalis MNC Terluka Usai Meliput Aksi di Grobogan, AJI Semarang: Polda Jateng Harus Usut Tuntas Kasus Ini

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang mengecam keras aksi pembacokan...

Robig Penembak Mati Gamma Resmi Dipecat

Illustrasi sidang Robig Zainudin di Mapolda Jawa Tengah pada...

Lima Mahasiswa Aksi Hari Buruh Jalani Sidang Perdana di Pengadilan Negeri Semarang

Kelima mahasiswa saat sedang menjalani sidang perdana di Pengadilan...

Puluhan Warga Pati Terluka, Sebagian Terkena Selongsong Peluru

Massa aksi saat melakukan protes kenaikan PBB sebesar 250...

Saparan di Kopeng, Tradisi Ucap Syukur Kepada Alam

Festival Budaya Kulon Kayon di dusun Sleker, Desa Kopeng,...
spot_img

Related Articles

Popular Categories

spot_imgspot_img