Serat.id – Tumpukan sampah dari berbagai jenis di sepanjang sisi bagian barat aliran Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) mengganggu aktivitas nelayan di Kampung Tambakrejo, Semarang.
Tak hanya berdampak pada berkurangnya stok ikan, limpasan sampah tersebut juga merusak perahu nelayan yang digunakan untuk melaut.
Marzuki, Ketua Paguyuban Nelayan Armada Laut mengatakan, sampah-sampah tersebut berimbas pada berkurangnya pendapatan ikan para nelayan.
“Kami sangat terganggu terutama saat berangkat melaut. Selain ganggu pemandangan, sampah-sampah sering tersangkut di kincir mesin,” ungkapnya.
Habitat ikan di area muara hingga sepanjang pantai terganggu dengan banyaknya sampah di perairan tersebut. “Hal itu yang membuat ikan pada lari,” imbuhnya.
Pantauan Serat di lokasi, mayoritas sampah berupa sampah anorganik berupa plastik makanan, deterjen, popok bayi, dan lainnya. Bahkan, kasur dan ban karet juga nampak berserakan terlihat di aliran kali tersebut.

Sampah terus bertambah
Marzuki menambahkan, volume sampah kian bertambah saat musim penghujan ini berasal dari hulu sungai yang terbawa aliran air ke muara sungai yang berjarak selemparan batu dari kawasan rumah deret nelayan yang berjumlah 97 unit dan dihuni 102 Kepala Keluarga.
“Setiap memasuki musim penghujan sampah kiriman ini lebih banyak karena terbawa luapan air banjir dari hulu ke muara sungai,” ujar warga Tambakrejo kepada Serat.id, Sabtu (8/10/2022).
Bahkan, pengamatan Marzuki dari mulai menjadi nelayan pada tahun 2005 hingga sekarang, tiap tahun volume sampah kian bertambah.
Warga sekitar sebenarnya sudah berupaya membersihkan sampah kiriman dari hulu tersebut dengan kerja bakti rutin membersihkan kampung seminggu satu kali.
“Kiriman sampah lebih banyak dari yang dibersihkan. Kami bersihin dapat satu kontainer truk, tapi yang datang lebih dari itu dan terus menerus,” tuturnya.
Ia mengaku, sampah tersebut bukan berasal dari aktivitas warga.
Warga sudah memiliki sistem pembuangan sampah rumah tangga yang terintegrasi dengan petugas DPU. “Kami kumpulkan sampah di depan rumah. Petugas mengambil sampah tiap dua hari sekali.”
Merusak biota laut
Terpisah, Manajer advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah , Iqbal Alma menyebut, sampah itu berasal dari aliran sungai BKT kemudian menumpuk di hilir BKT atau di sepanjang pesisir Tambakrejo, Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang.
Fenomena serbuan sampah itu merupakan kejadian tahunan. “Iya sudah terjadi bertahun-tahun,” katanya.
Menurutnya, imbas dari adanya sampah di pesisir mengganggu kehidupan para biota yang berada di sekitar muara dan pantai Tambakrejo.
Sampah yang terbawa arus sungai kemudian berada di laut akan pecah sampai lepas zat-zat mikro plastik yang mencemari para biota seperti ikan.
“Ikan di pancing dan dikonsumsi. Jadi dampaknya balik lagi ke kita,” terangnya.
Kepala DLH Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang Bambang Suranggono mengaku butuh kerja keras lintas sektoral dalam penanganan sampah pesisir Semarang.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Penangananya harus bekerjasama dengan DPU Kota dengan BBWS provinsi dan masyarakat,”katanya.
Menurutnya, lembaga-lembaga tersebut menjadi mitra untuk mendukung alat dan sarana prasarana lainnya.
“Kami ada koordinasi lintas sektoral atau satuan kerja yang berhubungan dengan musim hujan dan timbulan sampah di muara atau pesisir,” ujarnya.
Merujuk data PMLP (Program Magister Lingkungan dan Perkotaan) Unika Soegijapranata Semarang tahun 2015, garis pantai Kota Semarang sepanjang 13,6 km.
Namun dengan pengukuran menggunakan metode garis panjang, Kota Semarang memiliki pantai sepanjang 36,60 km.
Menurut Bambang, garis pantai di kota Lunpia memiliki wilayah zona rawan sampah pesisir. Zona tersebut meliputi sejumlah kelurahan di Kecamatan Semarang Utara, Semarang Timur, Genuk , Gayamsari dan Tugu.
“Kecamatan yang memiliki muara di pesisir maka kami lebih giatkan aktivitas kegiatan bersih-bersih. Kami waspadai agar sampah dari Daerah Aliran Sungai (DAS) tidak sampai pesisir,” ujarnya.
Kendati demikian, pemerintah dalam hal ini DLH , DPU dan BBWS dalam menjaga kebersihan aliran sungai dan saluran air tidak dapat bergerak sendiri.
Ia menegaskan, pemerintah perlu bekerjasama dengan masyarakat yang sadar diri dan bersedia tidak membuang sampah sembarangan.
Langkah itu tentu sangat membantu dalam menjaga lingkungan hidup dari risiko genangan dan luapan saluran yang tersumbat oleh sampah.
“Jangan buang sampah sembarangan, sampah mu tanggung jawab mu,” tegasnya. (*NA)