Puluhan warga Desa Wadas di Kabupaten Purworejo yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempadewa) menggelar aksi di lokasi pembukaan akses jalan tambang di Dusun Karang, Desa Wadas. Aksi protes tersebut dilakukan dengan membentangkan poster besar bertuliskan, “Masih dalam proses, harap dihentikan” “Usir alat berat, tolak tambang, Wadas harus Melawan”.
“Mereka menuntut pemerintah agar membatalkan rencana penambangan batu andesit di desa itu,” Siswanto, salah satu aktivis dari Gempadewa, Senin (10/4).
Ia menjelaskan masalah tersebut berasal lantaran batu andesit desa Wadas akan digunakan sebagai material pembangunan Bendungan Bener yang berada di Desa Bener, tak jauh dari Wadas.
Ia menjelaskan keinginan warga Desa Wadas kepada pihak-pihak terkait agar menarik seluruh peralatan berat agar keluar dari Desa Wadas. Pasalnya, saat ini warga Desa Wadas masih mengajukan gugatan dan sedang proses mengajukan banding di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta.
Ia menyayangkan sikap pemerintah yang sedang membuat akses jalan di Desa Wadas yang akan menghubungkan antara tapak penambangan andesit dengan tapak Bendungan Bener. Pembukaan akses jalan tersebut menghancurkan wilayah hutan di Wadas dan akibatnya menyebabkan bencana banjir pada Minggu (26/3) silam. Ketika hujan deras, air langsung turun dan menggenangi rumah-rumah milik warga yang berada di kaki bukit.
Imbas kejadian tersebut, warga Desa Wadas yakin bahwa tambang andesit yang dilakukan di perbukitan akan berpotensi menimbulkan bencana, seperti longsor dan banjir. Selain itu mereka juga akan kehilangan tanah yang jadi sumber kehidupan dan sumber air untuk keperluan sehari-hari.
Dalam aksi itu, anggota Gempadewa juga melakukan tabur bunga di lokasi pembukaan akses jalan. Ini adalah ekspresi warga atas hilangnya hutan mereka yang hijau dan penuh dengan pepohonan yang hasilnya bisa menopang kehidupan warga desa.
“Ini bentuk rasa keprihatinan atau duka cita dari warga Wadas karena hutannya sudah dirusak pemerintah,” tegas Siswanto.
Aksi warga itu diakhiri dengan tekad warga Wadas menolak tambang andesit yang dipimpin oleh Mbah Marsono, salah seorang sesepuh Gempadewa. Mbah Marsono sangat menyayangkan sikap pemerintah yang terus memaksa warga Wadas agar menjual tanahnya untuk tambang andesit.