Jumat, Agustus 29, 2025
26.1 C
Semarang

Ahmad Tohari: Semua Bisa Jadi Sastrawan

Serat.id- “Kalian semua bisa menjadi sastrawan apabila mau memproses diri,” kata sastrawan Ahmad Tohari saat berdialog bersama mahasiswa UIN Walisongo dalam acara peluncuran Majalah Soeket Teki Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Amanat di Auditorium I Kampus 1, Kamis, 6 Desember 2018.

Ahmad Tohari, Sastra, UIN Walisongo, SKM Amanat
Sastrawan Ahmad Tohari (kanan) didampingi Cerpenis Semarang, Triyanto Triwikromo (kiri) saat menghadiri dialog sastra di UIN Walisongo Semarang, Kamis, 6 Desember 2018. (dok SKM Amanat)

Ahmad Tohari didampingi cerpenis Semarang, Triyanto Triwikromo. Ratusan peserta tampak antusias menyimak penjelasan keduanya tentang “Apa Kabar Kesusastraan Indonesia”.

Penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk mengatakan, proses diri bisa diawali dengan meyakini bahwa sastra itu penting. Setelah itu, perlu diasah melalui kegiatan membaca dan berdiskusi hingga berlanjut dengan menulis setiap hari.

“Belajar menulis itu sampai melampaui diri. Ya seperti mas Triyanto ini yang telah melampaui diri saya. Jadi kalian terus latih dan lampauilah Triyanto,” tambahnya.

Kang Tohari tidak khawatir akan keberadaan karya sastra Indonesia. Sebab, karya sastra berdasarkan jumlah maupun penulisnya masih banyak.

“Membeludak banyak sekali. Di mana-mana ada sastrawan. Diantaranya dalam ontologi cerpen Dialog Rajam ini,” katanya lagi.

Bicara soal sastra, menurutnya, sastra tidak lepas dari bahasa. Sastra akan menggunakan bahasa sebagai wahana bersastra.

“Jika ditanya, sastrawan sekarang menggunakan bahasa seperti apa? Tentu saja dijawab, bahasa yang berlaku saat ini, yang enak dibawa di masa kini. Saya pun mengubah bahasa lama menjadi bahasa pada masa saya. Jadi, silahkan bersastra menggunakan feeling, selera dan gayamu pada masa mu, jangan masa lalu. Namun, kaidah-kaidah bahasa Indonesia harus dijaga,” katanya saat menjawab pertanyaan salah seorang peserta.

Kang Tohari juga berpesan, untuk terus menulis dan pantang merasa puas dengan karya sendiri. Sebab, merasa puas akan menjadikan diri membeku dan menjadi fosil.

“Puas boleh, kalau sudah seperti saya. Umur saya kan sudah tidak produktif lagi,” katanya.(*)

Hot this week

Jurnalis MNC Terluka Usai Meliput Aksi di Grobogan, AJI Semarang: Polda Jateng Harus Usut Tuntas Kasus Ini

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang mengecam keras aksi pembacokan...

Robig Penembak Mati Gamma Resmi Dipecat

Illustrasi sidang Robig Zainudin di Mapolda Jawa Tengah pada...

Lima Mahasiswa Aksi Hari Buruh Jalani Sidang Perdana di Pengadilan Negeri Semarang

Kelima mahasiswa saat sedang menjalani sidang perdana di Pengadilan...

Puluhan Warga Pati Terluka, Sebagian Terkena Selongsong Peluru

Massa aksi saat melakukan protes kenaikan PBB sebesar 250...

Saparan di Kopeng, Tradisi Ucap Syukur Kepada Alam

Festival Budaya Kulon Kayon di dusun Sleker, Desa Kopeng,...

Topics

Jurnalis MNC Terluka Usai Meliput Aksi di Grobogan, AJI Semarang: Polda Jateng Harus Usut Tuntas Kasus Ini

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang mengecam keras aksi pembacokan...

Robig Penembak Mati Gamma Resmi Dipecat

Illustrasi sidang Robig Zainudin di Mapolda Jawa Tengah pada...

Lima Mahasiswa Aksi Hari Buruh Jalani Sidang Perdana di Pengadilan Negeri Semarang

Kelima mahasiswa saat sedang menjalani sidang perdana di Pengadilan...

Puluhan Warga Pati Terluka, Sebagian Terkena Selongsong Peluru

Massa aksi saat melakukan protes kenaikan PBB sebesar 250...

Saparan di Kopeng, Tradisi Ucap Syukur Kepada Alam

Festival Budaya Kulon Kayon di dusun Sleker, Desa Kopeng,...

Robig Divonis 15 Tahun Penjara, LBH Semarang: Polri Harus Memecatnya

Suasana Sidang Robig Zainudin di Pengadilan Negeri Semarang, Jumat,...

Komunitas Sastra di Kendal Kembali Gelar KCA 2025

Beberapa komunitas sastra di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah kembali...

Ini Desakan Koalisi Advokat Progresif Indonesia Terkait RUU KUHAP

Koalisi Advokat Progresif Indonesia (KAPI) menyoroti sejumlah pasal dalam...
spot_img

Related Articles

Popular Categories

spot_imgspot_img