Hendaknya para jurnalis dan media dalam membuat laporan tentang kekerasan yang menimpa Ketua Umum PIS Ade Armando tetap memperhatikan kode etik dan P3SPS.

Serat.id – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia minta agar media perhatikan kode etik jurnalistik saat memberitakan kasus kekerasan. Hal itu sampaikan terkait aksi kekerasan yang menimpa Ade Armando, seorang akademisi dan pegiat media sosial saat aksi Badan Ekseskutiv Mahasiswa di Senayan Senin 11 april 2022 awal pekan lalu.
“Hendaknya para jurnalis dan media dalam membuat laporan tentang kekerasan yang menimpa Ketua Umum PIS Ade Armando tetap memperhatikan kode etik dan P3SPS. Seperti tercantum dalam Kode Etik Jurnalistik pasal 4, Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul,” kata Ketua Bidang Pendidikan, etik dan profesi AJI Indonesia, Edy Can, dalam pernyataan resmi.
Edy mengatakan aturan etika dalam pemberitaan juga tercantum dalam Pedoman Pemberitaan Media Siber pada pasal 3 Isi Buatan Pengguna butir c yang berbunyi, Dalam registrasi tersebut, media siber mewajibkan pengguna memberi persetujuan tertulis bahwa isi buatan pengguna yang dipublikasikan: (1) tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis dan cabul ; (2) Tidak memuat isi yang mengandung prasangka dan kebencian terkait dengan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) serta menganjurkan tindakan kekerasan.
“Dalam membuat laporan hendaknya tidak menampilkan, meneruskan atau menyebarkan foto atau video yang memperlihatkan kekerasan atau sadisme,” kata Edy menambahkan.
Menurut Edy, jurnalis dan media juga diimbau tidak ikut menyebarkan data pribadi orang yang terlibat dalam peristiwa pengeroyokan dan penganiayaan ini melalui pemberitaan atau melalui media sosial.
Tercatat aksi mahasiswa dan kelompok masyarakat sipil menolak wacana penundaan Pemilu untuk perpanjangan jabatan Presiden dan amandemen UUD 1945 di depan Gedung DPR MPR, Jakarta, pada 11 April 2022.
Aksi tersebut diwarnai kekerasan terhadap Ketua Umum ormas Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) Ade Armando oleh sekelompok orang. Akibat pengeroyokan dan penganiayaan ini, Ade mengalami luka-luka dan pelecehan bahkan ia nyaris ditelanjangi.
Aksi pengeroyokan dan penganiayaan secara brutal ini terekam oleh kamera. Tak lama kemudian beredar video penganiayaan dan foto-foto Ade yang terlihat bermuka lebam, berdarah, dan hanya mengenakan celana pendek. Ade tampak diselamatkan seseorang dan masuk ke dalam sebuah mobil. Potongan video yang memperlihatkan kekerasan dan foto-foto ini beredar luas melalui grup-grup whatsapp dan media sosial. (*)