Bagi pegowes pemula tentu bisa menaklukkan track tanjakan tersebut dengan catatan sesaat sebelum melintasi tanjakan itu harus bersiap segera mengoper gigi sepeda paling ringan, mengatur nafas, dan menjaga irama kayuh.

Tanjakan setelah perempatan desa Podorejo kecamatan Ngaliyan Kota Semarang itu tak seterjal jalur sepeda lain di wilayah sekitar dibandingkan dengan tanjakan Silayur Ngaliyan, atau tanjakan Cagar Alam hutan Jati Darupono yang terletak di jalan Boja-Kaliwungu.
Tanjakan sebelum menuju Masjid Kapal tersebut memang relatif mudah ditaklukkan oleh para pegowes yang kira-kira sudah dua tahun terakhir ramai menjajaki jalur tersebut terutama pada akhir pekan. Namun yang menarik, para goweser menjuluki tanjakan tersebut sebagai tanjakan Luna Maya.
“Di tanjakan itu Luna Maya tak kuat menggowes sehingga terpaksa harus turun dan menuntun sepedanya” kata Abdun Nafi’ Al-Fajri salah seorang penggowes di Kota Semarang, kepada Serat.id Minggu 25 Juli 2021.
Nafi’ menyebut tanjakan yang terletak di sepanjang jalan Kyai Padak yang titik awalnya setelah melewati jembatan ber-cat oranye itu disebut sebagai tanjakan Luna Maya karena dulu pernah dilalui sang artis.

Mulai saat itulah para pegowes mengenal tanjakan di desa Podorejo tersebut sebagai tanjakan Luna Maya. Menurut Nafi’, kala itu sekitar bulan November 2020 Luna Maya beserta koleganya dengan dipandu beberapa goweser Kota Semarang menjajal kayuh sepedanya melintasi rute dari seputaran kota lama dan Tugu Muda hingga melalui rute ke arah Ngalian dan Mijen.
“Tujuannya kala itu ke masjid kapal,” kata Nafi menjelaskan.
Masjid kapal adalah sebuah destinasi baru, berupa tempat ibadah di Kota Semarang yang arsitekturnya serupa dengan bentuk kapal. Masjid itu menjadi jujugan para pesepeda, termasuk Gubernur Ganjar Pranowo yang juga pernah bersepeda mengunjungi masjid itu.
Meski bagi pegowes profesional tanjakan itu tidak terlalu terjal, namun bagi pemula tentu bisa menaklukkan track tanjakan tersebut dengan catatan sesaat sebelum melintasi tanjakan harus bersiap segera mengoper gigi sepeda paling ringan, mengatur nafas, dan menjaga irama kayuh.
Serat.id juga sempat menjajal tanjakan itu pada 25 Juli lalu, dibutuhkan tekhnik yang tepat memang untuk menaklukkan tanjakan itu, terutama bagi para pegowes baru. Namun yang menarik selain berolahraga, melewati jalur tersebut juga sekaligus mendapatkan bonus pemandangan yang apik. Sebab di kanan-kiri sepanjang tanjakan tersebut, kita dapat melihat hamparan sawah dengan model terasering yang dialiri air sungai nan tampak jernih.
Rute gowes itu memang menampilkan suasana desa yang khas. Pegowes juga dengan mudah bertemu dengan penduduk setempat yang tidak sungkan menyapa dengan ramah. Sesampai di Masjid Kapal kita akan disuguhi pula para pedagang yang menggelar makanan khas lokal, termasuk hasil bumi dan aneka buah tempatan jika sedang tiba musimnya. (*)