
Tingginya anak perokok disebabkan money illussion dengan memodifikasi jumlah batang per bungkus, sehingga dengan harga yang lebih murah, anak-anak bisa membelinya
Serat.id – Kenaikan harga rokok dengan cara meninggikan cukai dinilai menjadi kunci pengendalian anak pengonsumsi rokok. Tingginya anak perokok disebabkan money illussion dengan memodifikasi jumlah batang per bungkus, sehingga dengan harga yang lebih murah, anak-anak bisa membelinya.
“Bukan hanya cukai saja yang bermasalah, tapi di Indonesia ini para pengusaha rokok punya keleluasaan untuk merekayasa harga seolah-olah harga itu murah, padahal perbatangnya itu lebih tinggi.” ujar Pengamat ekonomi senior, Faisal H. Basri, dalam diskusi daring “Membendung Jumlah Perokok Anak Lewat Kenaikan Cukai”, Senin, 31 Agustus 2020 kemarin.
Baca juga : Ini Alasan Anak Harus dilindungi dari Dampak Rokok
Dewan Minta Produsen Rokok Tak Impor Tembakau
Antara Tudingan Propaganda dan Bantahan Legitimasi Hukum
Menurut Faisal, salah satu cara yang bisa ditempuh mengendalikan anak merokok dengan menyasar cukai, sehingga harga rokok bisa mengalami kenaikan. Jika pemerintah ingin menurunkan angka perokok anak, maka mereka harus menghilangkan keleluasaan para pengusaha rokok untuk memodifikasi jumlah rokok per bungkus.
Selain itu Faisal mengatakan cara mengubah perilaku anak dengan melarang iklan rokok di seluruh ruang terbuka.
Tercatat Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan angka perokok anak di Indonesia mengalami peningkatan. Bila pada tahun 2013 angkanya sebanyak 7,1 persen, tahun 2018 angkanya mencapai 9,1 persen.
“Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019, pemerintah menargetkan perokok usia muda sebesar 5,2 persen,” kata Faisal menjelaskan
Kepala riset PJKS UI, Teguh Dartanto memaparkan, selain kenaikan harga rokok, cara yang bisa ditempuh untuk menekan angka perokok anak yakni dengan upaya terpadu dan menyeluruh sehingga perilaku sosial kognitif anak berubah.
“Perilaku merokok anak dipengaruhi teman sebaya dan harga rokok, semakin mahal harga rokok, semakin kecil peluang dan intensitas anak merokok,” kata Teguh. (*) COSSIE