Jitet Kustana Mendunia Belajar dari Kios Buku Bekas

    0

    Bertemu Kartunis “Bogel”

    Jitet tak tamat SMA. Pendidikan terakhirnya kelas dua di Sekolah Teknik Menengah (STM). Ia memilih drop out dan merantau ke Jakarta untuk bekerja sebagai buruh. Saat itu tahun 1983. Setahun kemudian ia kembali ke Semarang karena pabrik tempatnya bekerja dilalap habis si jago merah.

    “Sekitar tahun 1985 ayah saya membelikan saya sebuah kios kecil. Di kios ini saya bekerja sebagai penjual buku dan majalah bekas. Tapi di sinilah sebenarnya sekolah saya,” katanya.

    Di kios buku bekas, Jitet dengan leluasa membaca buku bahkan komik yang ia sukai. Seperti menikmati komik karya Rene Goscinny yang diilustrasikan oleh Albert Uderzo. Atau menikmati komik strip Peanuts karya Charles Monroe Schulz.

    Jitet remaja memiliki hobi menggambar. Sembari menunggu pelanggan ia menyempatkan menggambar ataupun membaca.

    Suatu ketika datang seorang pria bernama Slamet Bajuri ke kios milik Jitet. Slamet seorang kartunis dengan tokohnya bernama Bogel. Itu adalah pertemuan pertamanya dengan Slamet. Pertemuan itu yang membuat Jitet kenal lebih banyak tentang kartun. Ia kemudian bergabung dengan komunitas kartun Semarang yang dikenal dengan Semarang Cartoon Club (SECAC).

    Di komunitas itu, ia bertemu dengan kartunis-kartunis senior. Jitet mengaku banyak belajar di sana, seperti mengirim karya ke media massa.

    “Pada tahun 1987, kartun pertama saya diterbitkan oleh surat kabar lokal milik Suara Merdeka,” ujarnya.

    Jitet lalu meniti karirnya sebagai kartunis di berbagai media. Di antaranya Harian Jawa Pos, Tabloid Gaya Sehat, Koran Pagi Kartika, Majalah Humor, Majalah Raket, Tabloid Senior dan Harian Kompas. Di Kompas ia mendapat bimbingan dari kartunis senior GM Sudarta.

    Pada 2016, Jitet memutuskan untuk menjadi kartunis lepas.

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here