Beranda Kilas Pilih Oposisi Permanen, Aktivis Semarang Perkuat Barisan

Pilih Oposisi Permanen, Aktivis Semarang Perkuat Barisan

0
Dok Serat.id 
Para aktivis melakukan Aksi Kamisan di depan Kantor Gubernur Jateng, Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Kamis (15/2/2024). Selama aksi, para aktivis menyerukan potensi pelanggaran HAM yang akan terus terjadi.

Oposisi permanen merupakan oposisi yang menyuarakan isu HAM dan demokrasi kerakyatan. Oposisi permanen akan terus hidup selama penindasan penguasa terjadi dan masih adanya pemimpin zalim kepada rakyat.

SEMARANG – Sejumlah aktivis dan mahasiswa di Kota Semarang kembali turun ke jalan, Kamis sore (15/2/2024). Mereka menyerukan pentingnya memperkuat konsolidasi jaringan masyarakat sipil pasca Pemilu 2024. 

Dalam Aksi Kamisan Semarang yang digelar sehari selepas Pemilu 2024 itu, mereka menilai, kondisi bangsa akan semakin karut-marut. Bahkan, mereka menilai pasangan terpilih berpotensi menghidupkan kembali rezim orde baru.

Divisi Bidang Buruh LBH Semarang, M Safali mengatakan, memang belum ada kepastian hasil pemilu dari KPU. Namun, membaca pemberitaan di media massa sudah ada satu pasangan yang mengerucut akan terpilih. 

“Nah, pasangan itu  berpotensi menghidupkan lagi (rezim) orde baru,” ujar Safali selepas mengikuti Aksi Kamisan, di depan Kantor Gubernur Jateng, Kota Semarang, Kamis (15/2/2024).

Melihat kondisi itu, kata dia, sejumlah aktivis Semarang perlu semakin mempererat diri melalui penguatan perlawanan.

“Lewat Aksi Kamisan ini untuk mempertegas bahwa konsolidasi rakyat Jateng, baik dari buruh, petani, mahasiswa, pengendara ojol dan jaringan masyarakat sipil harus lebih kuat,” imbuhnya.

Ia menilai kondisi buruh pada rezim terpilih nanti akan semakin sengsara. Rezim terpilih Pemilu 2024 tak lain adalah jelmaan dari rezim Jokowi sehingga kondisi buruh akan sama saja yakni diberi upah murah dan buruh  ditindas.

Kemudian bebalnya perusahaan terhadap buruh, serta susahnya buruh melakukan aksi demonstrasi. “Rezim terpilih tak lepas dari rezim Jokowi yang memiliki watak UU Cipta Kerja yang menyengsarakan para buruh,” tuturnya.

Dalam aksi yang identik dengan payung hitam itu, para aktivis sejak sore hingga petang berdiri di depan gerbang Kantor Gubernur Jateng menyerukan aksi mereka yang bertajuk Rebut Demokrasi, Oposisi Permanen.

“Pemilu sudah selesai, mari saatnya kita bidik penguasa yang punya rekam jejak penjahat HAM dan perusak demokrasi itu. Maka, kami memilih menjadi oposisi permanen,” jelas anggota Kolektif Aksi Kamisan Semarang, Adib Saifin Nu’man.

Oposisi permanen merupakan oposisi yang menyuarakan isu HAM dan demokrasi kerakyatan. “Oposisi permanen akan terus hidup selama penindasan penguasa terjadi dan masih adanya pemimpin zalim kepada rakyat,” tandasnya.

Menurutnya, hasil pemilu memang belum sah secara penuh, tetapi ada satu pasangan berpeluang terpilih yang nantinya akan jadi penguasa. Calon penguasa tersebut memiliki latar belakang militer dengan rekam jejak pelanggar HAM.

“Pelanggaran HAM, perusakan lingkungan berpotensi akan terus terjadi. Terlebih, di balik mereka adalah para bokir dan oligarki penguasa gurita tambang,” ungkapnya.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here