Beranda Kilas Peternak Ayam Lokal Terpuruk, Dewan Jateng : Tergeser Pemodal Asing

Peternak Ayam Lokal Terpuruk, Dewan Jateng : Tergeser Pemodal Asing

0

Pemodal besar itu tak hanya memproduksi pakan ternak sendiri, namun juga mampu  memproduksi ayam dan telur secara modern dengan kapasitas  di atas 1 juta ekor.

Ilustrasi ayam. (Pixabay.com)
Ilustrasi ayam, (Pixabay.com)

Serat.id – Dewan perwakilan rakyat daerah Jawa Tengah menuding penanaman modal asing atau PMA yang menggelontorkan investasi dengan biaya besar menjadikan peternak ayam lokal terpruk. Pemodal besar itu tak hanya memproduksi pakan ternak sendiri, namun juga mampu  memproduksi ayam dan telur secara modern dengan kapasitas  di atas 1 juta ekor.

“Indikator terpuruknya peternak ayam lokal disebabkan oleh over supply saat penanaman modal asing (PMA) yang selama ini tak hanya memproduksi pakan, namun juga ikut beternak secara modern dengan kapasitas di atas samapa 1 juta ekor,” kata anggota komisi D dewan perwakilan rakyat daerah Jawa Tengah, Benny Karnadi, Senin 18 Ooktober 2021

Kondisi itu kata Benny, ditambah masalah harga jagung sebagai bahan utama pakan ternak sangat mahal tembus di atas Rp5 ribu, dari harga standar kisaran Rp4500.  Di sisi lain pembatasan kegiatan di masyarakat menyebabkan turunnya demand sehingga memperparah peternak ayam untuk menjual produksi telur maupun daging.

Tak hanya itu, keterpurukan peternak ayam lokal juga diduga dipengaruhi banyak telur vertil beredar di pasaran, sehingga berpengaruh pada harga jual telur peternak yang saat ini rendah. “Telur vertil di masyarakat dengan harga yang  lebih murah. Telur vertil itu telur yangg harusnya dijadikan embrio ayam pedaging,” kata Benny menambahkan.

Benny meminta agar pemerintah  membatasi PMA yang bersinggungan dengan kegiatan ekonomi masyarakat.  Salah satunya kebutuhan telur cukup diberikan kepada peternak lokal tanpa harus bersaing dengan pemodal besar.

“Peternak lokal tidak akan mampu bersaing dengan investor PMA. Jangan diberikan izin kepada PMA untuk menjadi peternak, cukup bikin pakan saja,” kata Benny menegaskan.

Ia juga minta subsidi harga jagung sesuai HET Rp4500 serta memunculkan kebijakan masyarakat untuk mengkonsumsi telur melalui program sosial yang dibiayai oleh negara, untuk mengembalikan peternak ayam lokal bangkit.

“Ini penting karena fakta di lapangan contohnya di Kabupten Kendal koperasi unggas dijanjikan jagung seharga Rp4500 sebanyak 8 ribu ton, tapi realisasi hanya mendapat 1000 ton,” kata Benny menjelaskan. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here