Beranda Kilas Hampir 70 Persen Sumber Air Minum Rumah Tangga Tercemar Limbah Tinja

Hampir 70 Persen Sumber Air Minum Rumah Tangga Tercemar Limbah Tinja

0

Menunjukkan kondisi air turut menyebabkan penyebaran penyakit diare, yang merupakan penyebab utama kematian bayi di bawah usia lima tahun atau Balita.

Ilustrasi kekurangan air bersih. (Foto pixabay.com)

Serat.id –  United Nations Children’s Fund, atau Unicef menyebut hampir 70 persen dari 20 ribu sumber air minum rumah tangga di Indonesia tercemar limbah tinja. Hal itu menunjukkan kondisi air turut menyebabkan penyebaran penyakit diare, yang merupakan penyebab utama kematian bayi di bawah usia lima tahun atau Balita.

“Padahal sanitasi yang aman bisa mengubah kehidupan anak-anak dan membuka kesempatan untuk mereka mewujudkan potensi dirinya,” ujar perwakilan sementara Unicef, Robert Gass, dalam pernyataan resmi diterima serat.id, selasa, 8 februaru 2022.

Menurut Gass,  saat ini ada begitu banyak anak yang tinggal di daerah-daerah terdampak sanitasi tidak aman dan hal ini mengancam setiap aspek pertumbuhan mereka. Meski ia mengakui Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan mutu sanitasi dasar.

Namun, angka rumah tangga yang memiliki sarana toilet dengan sambungan tangki septik yang tertutup dan yang rutin membersihkan tangkinya minimal satu kali dalam lima tahun adalah kurang dari 8 persen.

“Akibatnya, limbah tinja tidak terkelola dengan baik sehingga mencemari lingkungan dan sumber air sekitar,” kata Gass menambahkan.

Menurut dia, salah satu tantangan utama dalam meningkatkan akses ke sanitasi aman adalah kesadaran masyarakat yang rendah terhadap risiko kesehatan masyarakat akibat pengelolaan tangki septik yang tidak memadai. Selain itu frekuensi pengurasan tangki yang juga rendah sehingga banyak keluarga belum memahami pentingnya menghubungkan toilet dengan sistem pembuangan dengan pipa atau bahwa tangki septik perlu dibersihkan secara berkala.

Saat ini, Pemerintah Indonesia sedang menyusun peta jalan percepatan akses ke sanitasi yang dikelola secara aman dengan dukungan dari Unicef dan beberapa mitra lain. Selain itu, akan diselenggarakan konferensi tingkat tinggi (KTT) Sanitasi dan Air Minum Untuk Semua di Jakarta pada bulan Mei.

KTT itu akan dihadiri oleh para menteri yang bertanggung jawab atas urusan air, sanitasi, kesehatan, lingkungan hidup, dan perekonomian dari seluruh dunia untuk mendiskusikan percepatan akses kepada air minum, sanitasi, dan kebersihan.

“Masa pandemi meningkatkan perhatian terhadap pentingnya hidup di lingkungan yang bersih,” kata Gass menjelaskan.

Ia mengatakan jika sanitasi yang tidak dikelola dengan baik bisa melemahkan daya tahan tubuh anak-anak sehingga menimbulkan dampak yang permanen, bahkan kematian.

Unicef sendiri pada Senin 7 februari 2022 kemarin sedang meluncurkan kampanye baru untuk sanitasi aman.  Kampanye Unicef bertajuk #DihantuiTai bertujuan memberikan pemahaman kepada keluarga-keluarga Indonesia tentang sanitasi aman dan dampak pencemaran sumber air oleh tinja terhadap kesehatan masyarakat.

Kampanye yang dilaksanakan secara daring  itu menyerukan kepada rumah-rumah tangga Indonesia untuk memasang, memeriksa, atau mengganti tangki septiknya serta rutin menguras tangki minimal satu kali setiap tiga hingga lima tahun. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here