Sebagai katalis kemajuan sains garda depan di Indonesia
Serat.id– Dr. Sri Fatmawati dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember menjadi ketua terpilih pada sidang paripurna Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), pada Selasa, 15 Desember 2020 siang tadi. Tercatat dalam Sri Fatmawati mengangkat Dr. Hawis Madduppa sebagai Sekretaris Jenderal, sedangkan kepengurusannya, ALMI didukung oleh Direktur Program, Direktur Komunikasi, dan Direktur Hibah dan Kemitraan.
Lembaga yang memayungi ilmuwan muda itu juga membentuk kelompok Kerja Sains. Meliputi Garda Depan, Masyarakat, Kebijakan dan pendidikan. Pada Sidang Paripurna ini, ALMI juga mengukuhkan 15 anggota baru dari berbagai universitas dan instansi di Indonesia yang mewakili lima kelompok keilmuan, melalui proses nominasi dan seleksi dari 53 ilmuwan Indonesia.
Dengan kehadiran para anggota baru, saat ini ALMI didukung oleh 64 ilmuwan Indonesia muda. Meliputi Ilmu Kedokteran, Ilmu Rekayasa, Ilmu Sosial, Ilmu Pengetahuan Dasar, dan Ilmu Budaya
Baca juga : Pencabutan Izin Ganja, Akademisi : Kementan Tak Pro Kajian Ilmiah
Undang-undang KPK Baru dinilai Cacat Formil, Ini Penjelasan Akademisi
Para Akademisi Mengutuk Keras Tindakan Teror Diskusi di Yogyakarta
Dalam pidato perdananya, Sri Fatmawati menekankan pentingnya peran ALMI sebagai katalis kemajuan sains garda depan di Indonesia dengan para ilmuwan Indonesia dan meneruskan komitmen dalam kontribusi kebijakan sains. “Termasuk komunikasi sains bagi masyarakat dan peningkatan pendidikan di Indonesia, serta kontribusi di tingkat global,” kata Sri Fatmawati.
Menurut Sri, kegiatan ALMI bertumpu pada empat kelompok kerja, yaitu Sains Garda Depan, Sains dan Masyarakat, Sains dan Kebijakan, dan Sains dan Pendidikan.
Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoroberharap agar kehadiran anggota ALMI dapat memperluas keberagaman ilmu dan semakin memperdalam interdisiplinaritas .
Selain Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro, hadir pula Prof. Sangkot Marzuki, yang merupakan Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Periode 2008-2018 dan pelopor pendirian ALMI. Dalam sambutannya, Prof. Sangkot Marzuki menyoroti tantangan yang dihadapi Indonesia ke depannya, yaitu demokrasi yang masih dalam pembelajaran, diversitas etnik dan kultural, perkembangan ekonomi yang cepat, megabiodiversitas dan perubahan iklim, perubahan ekologi, masyarakat agrikultur, berkurangnya sumber bahan bakar fosil, wilayah cincin api (ring of fire), dan maritime continent.
“Sains dan teknologi mutlak dibutuhkan untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut,” ujar Sangkot Marzuki.
Ia berharap ALMI senantiasa berperan meningkatkan daya saing bangsa berlandaskan ilmu pengetahuan, sesuai dengan tujuan berdirinya organsisasi itu. (*)